Skip to content

“Ngeyel”

1 July 2013

listenAda sebuah istilah dalam bahasa Jawa yang menarik untuk kita renungkan bersama. Istilah itu adalah ngeyel. Istilah ini adalah istilah yang sangat sederhana, tapi tidak jarang kita melakukannya. Kadang kita ngeyel kalau kita diomongi oleh orang yang lebih tua atau yang dituakan. Istilah ngeyel, istilah itu timbul karena kita memiliki pandangan tersendiri yang kita anggap benar.

Apakah itu memang benar? Atau masih diragukan? Sebagai contoh sederhana, pada saat saya masih kecil, saya tidak begitu percaya bahwa pisau itu memang tajam dan membahayakan. Pada saat pensil saya patah, dan pada saat itu tidak ada orotan atau alat untuk meruncingkan pensil, saya hanya menemukan sebuah pisau di dapur. Pisau yang saya ambil itu adalah pisau ukir untuk sayuran. Namanya pisau ukir tentunya tajam, dan tetap saja saya pakai pisau itu untuk meruncingkan pensil saya yang patah. Sebelumnya, saya sudah diperingatkan oleh orang tua dan kakak-kakak saya agar saya tidak menggunakan pisau itu untuk meruncingkan pensil. Lebih baik minta tolong atau mencari orotan dulu. Saat itu saya ngeyel karena saya anggap bahwa saya ini sudah besar dan tahu bahwa yang saya lakukan ini benar. Saya meruncingkan pensil itu.. tapi karena pisau itu terlalu tajam, maka setiap kali saya mulai meruncingkan pensil, pensil itu cepat pendek, dan lama-lama menggores tangan saya. Lukanya cukup dalam sehingga sampai saat ini pun, lukanya masih ada. Melihat kejadian ini, pada saat orang tua saya mengobati luka saya, mereka berkata bahwa saya sudah diberitahu, tapi tetap saja saya ngeyel, dan inilah hasilnya..

Setiap orang pasti pernah ngeyel dan pernah merasakan akibat dari ke-ngeyel-­an kita. Jika kita ngeyel dan itu benar, tentunya kita akan mendapat hal positif dari situ, tapi jika ngeyel  kita itu membahayakan, apakah kita akan mengulanginya?

Luk 17: 26-37,mengingatkan kita pada contoh ke-ngeyel­-an manusia, sepeti istri dari Lot yang menoleh ke belakang pada saat Tuhan meluluh-lantahkan kota Sodom dan Gomora. Allah sudah mengatakan pada Lot, bahwa mereka tidak boleh menoleh ke belakang pada saat mereka keluar dari kota itu, dan ternyata istri Lot tidak mengindahkan perkataan Tuhan. Apa terjadi pada istri Lot? Ia ikut terbakar sampai menjadi abu.

Peristiwa semacam ini ingin menunjukkan pada kita bahwa Allah tidak main-main dalam menyampaikan sebuah amanat atau perintah kepada manusia. Tujuan Allah adalah membawa manusia pada keselamatan, dan jika manusia tidak mengindahkannya, pastilah manusia tidak memperoleh keselamatan itu.  Dalam Yoh 14:6, Yesus mengatakan sendiri bahwa “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Apakah kita akan ngeyel terhadapa perkataan ini?

Bila kita tidak ngeyel, tentunya kita akan hidup sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus, yaitu hidup sesuai dengan ajaran Tuhan dan menjauhi larangannya. Setiap tindakan, pasti ada maksud dan tujuan. Allah ingin menyelamatkan manusia dan tidak henti-hentinya mengingatkan manusia akan karya keselamatan itu. Dengan mengikuti Yesus, Sang Jalan dan Kebenaran dan Hidup, kita dihantar pada karya keselamatan dari Allah. Karena itu, kita tidak perlu lagi ngeyel terhadap ajaran yang telah ditanamkan Yesus dalam hidup kita, terutama melalui orang-orang yang lebih lama mengikuti jalan panggilan ini, dan telah menghidupi ajaran Yesus dalam kehidupan panggilan mereka sebagai orang Katolik, terlebih sebagai alter Kristus dalam hidup ini.

Selamat merenung, Berkah Dalem

Leave a Comment

Leave a comment